Kamis, 30 Oktober 2014

PERSEPSI SENSORI

  LATAR BELAKANG
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.  
2.      TUJUAN
Tujuan umum:
Tujuan dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang diabetes insipidus dan asuhan keperawatan Diabetes Insipidus.
Tujuan khusus:
1.      Mengetahui pengertian dari Katarak
2.      Menngetahui penyebab dari Katarak
3.      Mengetahui tanda dan gejala dari Katarak
4.      Mengetahui klasifikasi dari Katarak
5.      Mengetahui komplikasi dariKatarak
6.      Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Katarak
7.      Mengetahui penatalaksanaan medis dari Katarak
8.      Mempelajari asuhan keperawatanKatarak
3.      RUMUSAN MASALAH
1)      Apa pengertian Katarak?
2)      Apa saja penyebab Katarak?
3)      Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien Katarak?
4)      Apa saja komplikasi dari Katarak?
5)      Apa saja penatalaksanaan medis dariKatarak?
6)      Apa saja pemeriksaan penunjang dari Katarak?
7)      Bagaimana proses perjalanan penyakit Katarak?
8)      Dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak?


BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN DAN KATARAK
       I.            ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN
STRUKTUR & FUNGSI
Mata memiliki struktur sebagai berikut:
·         Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
·         Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sclera
·         Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
·         Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
·         Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
·         Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
·         Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
·         Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
·         Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
·         Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil.Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit.Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris.Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah.Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah.Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf.Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam.Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan).Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
·         Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.
·         Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina.
Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur matadi dalamnya.Segmen posterior berisi humor vitreus.Cairan tersebut membantu menjagabentuk bola mata.Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
·         Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris.
·         Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAH
Otot Penggerak Bola Mata
Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu:
·         Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
·         Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
·         Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.
·         Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
·         Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
·         Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.
·         Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak.
·         Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.
·         Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
    II.            KATARAK
A.    Definisi
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun. (Marilynn Doengoes, dkk)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkanpenurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).
Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009)
B.     Etiologi
1)      Ketuaan (katarak senilis)
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60tahun keatas.
ü  Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut katarak.
2)   Penyakit mata lain (Uveitis)
3)   Penyakit sistemik (diabetes mellitus)
4)   Defek kongenital.
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
ü  Infeksi kongenital, seperti campak jerman (german measles)
ü  Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula yang meningkat).
Faktor resiko terjadinya katarak kongenital adalah:
ü  Penyakit metabolik yang diturunkan.
ü  Riwayat katarak dalam keluarga.
ü  Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
ü  Faktor keturunan
ü  Cacat bawaan sejak lahir
ü  Masalah kesehatan, misalnya diabetes
ü  Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid
ü  Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetes mellitus)
ü  Gangguan pertumbuhan
ü  Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
ü  Rokok dan alcohol
ü  Operasi mata sebelumnya
C.    Klasifikasi
1)      Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative.
2)      Katarak trauma
Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.Trauma bisa dalam bentuk tumpul atau tajam.Jika lensa robek cairan mata dapat masuk kedalam lensa sehingga dapat mengakibatkan bengkak disertai kekeruhan serabut-serabut lensa.
3)      Katarak komplikata (sekunder)
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yng akan menimbulkan katarak komplikata.
4)      Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam :
·         Katarak kongenital : katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun).
·         Katarak Juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan dibawah usia 40 tahun.
·         Katarak presenil : yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
·         Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini merupakaan proses degeneratif (kemunduran) yang paling sering ditemukan.Adapun tahan katarak senilis adalah :
a)      Katarak insipien : Pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya sehingga cenderung diabaikan.
b)      Katarak immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.
c)      Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, selain keluhan tersebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :
·         Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.
·         Warna terlihat pudar.
·         Sulit melihat pada malam hari.
·         Penglihata ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak bertambah luas.
Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaaan lensa yang sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang lainnya.
D.    Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
·         Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
·         Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
·         Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
·         Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
·         Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi: 
·         Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
·         Gangguan penglihatan bisa berupa:
a)      Peka terhadap sinar atau cahaya.
b)      Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c)      Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d)     Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
·         Kesulitan melihat pada malam hari
·         Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
·         Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
E.     Patofisiologi
Metabolisme Lensa Normal. Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.  Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa. Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
F.     Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik
·         Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
·         Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.
·         Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagimata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yangkemudian akan menjadi glaukoma
G.    Pemeriksaan Penunjang
·         Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
·         Lapang Penglihatan : penuruan mungkin karena massa tumor, karotis,  glukoma.
·         Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
·         Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
·         Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
·         Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papilledema, perdarahan.
·         USG : untuk memerika segmen posterior, untuk memeriksa lensa dengan kekeruhan sudah merata dan dapat memperkirakan sumbu bola mata.
·         Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
·         EKG, kolesterol serum, lipid
·          Tes toleransi glukosa : kotrol DM
H.    Penatalaksaan Medis& Keperawatan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi. Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,  tetapi tidaksemua kasus katarak memerlukan tindakan operasi.Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
·         Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam
·         Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokuspada objek jauh      
·         Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengandengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: IlmuPenyakit Mata, ed. 3)
Indikasi dilakukannya operasi katarak :
·         Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguanpenglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
·         Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
·         Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus denganhitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan,yaitu:
1)      ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction) yaitu dengan mengangkat semua lensa termasukkapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknikoperasi yg tersedia.
2)      ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiridari 2 macam yakni
·         Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan denganmengeluarkan lensa secara manual setelah membukakapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yanglebar sehingga penyembuhan lebih lama.
·         Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCEyang terbaru dimana menggunakan getaranultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehinggamaterial nucleus dan kortek dapat diaspirasi melaluiinsisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengancukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mataanti nyeri pada kornea (selaput bening mata), danbahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangatminimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruhdihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum)dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukurkekuatan lensanya dan ditanam secara permanen.Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanyamemerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihanyang lebih cepat.
Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid danantibiotik jangka pendek.Kacamata baru dapatdiresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekasinsisi telah sembuh.Rehabilitasi visual dan peresepankacamata baru dapat dilakukan lebih cepat denganmetode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapatberakomodasi maka pasien akan membutuhkankacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidakdibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat inidigunakan lensa intraokular multifokal.Lensaintraokular yang dapat berakomodasi sedang dalamtahap pengembangan.Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina,saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkatkeberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitumencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang padamata orang yang pernah menjalani operasi katarakdapat menjadi keruh.Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.
I.       Pencegahan
Untuk sementara ini pengobatan penyakit katarak hanya bisa dilakukan dengna cara pembedahan. Oleh karena itu pencegahan katarak menjadi hal yang wajib dijalani.Sebagai upaya pencegahan penyakit katarak bisa dilakukan beberapa tindakan agar tetap bisa menikmati penglihatan yang sehat.Pencegahan katarak yang paling mutlak adalah dengan mencegah penyakit yang bisa menjadi pemicu timbulnya katarak dan menghindari faktor – faktor yang menjadi pendukung timbulnya katarak.Pencegahan katarak bisa dilakukan dengan :
·         Menjaga kadar gula agar tidak terserang penyakit diabetes. Juga penyakit lainnya yang bisa memicu timbulnya katarak.
·         Selain itu sering mengejapkan mata, apalagi jika ada air matanya  bisa membantu membersihkan mata anda. Penggunaan obat tetes mata yang baik juga bisa dipakai untuk membersihkan mata
·         Upaya pencegahan katarak juga bisa dilakukan dengan memulai gaya hidup sehat dengan pola makan yang seimbang dan menghindari rokok.
·         Makanlah makanan yang kaya akan mineral dan vitamin yang berguna untuk kesehatan mata. Seperti vitamin C, zing, selenium dan zat biovlabonoit.
·         Hindari perolehan zat – zat tersebut dari suplemen makanan. Sebaiknya zat – zat tersebut diperolah dari diet sehat dengan mengomsumsi sayuran serta buah – buahan.
·         Jagalah kesehatan mata dengan tidak membiarkan mata terkena paparan sinar ultra violet. Kenakanlah kaca mata hitam jika akan melakukan kegiatan outdoor dalam waktu yang lama.
·         Sebagai pencegahan katarak bisa juga dilakukan dengan menjaga mata dari trauma atau cedera pada mata yang dapat berakibat fatal pada penglihatan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn.B (45 tahun) dirawat saat ini dengan keluhan penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra.Dari hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih.Sudah 2 tahun ini Tn.B dinyatakan penderita Diabetes Melitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur.Oleh dokter spesialis mata Tn.B dinyatakan katarak. Tn.B dipersiapkan untuk dilakukan operasi katarak 2 hari lagi jika kadar gula darahnya sudah normal. TTV saat ini TD: 140/90 mmHg, Nadi 84x/menit, T:  37,4OC, RR: 24x/menit. BB 78kg TB 160 cm. GDS terakhir 210 Tn.B tidak mengerti kenapa sampai mengalami katarak dan cemas memikirkan biaya untuk operasinya.
A.     Pengkajian
1.      Biodata
Nama                                 : Tn. B
Nomor register                  : 820092
Jenis kelamin                     : Laki-laki
Umur                                 : 45 tahun
Agama                               : Islam
Pendidikan                                    : -
Pekerjaan                           : -
Suku bangsa                      : Jawa
Alamat                              : Jl.Merpati No. 65 RT 5/10 Jakarta Selatan 12345
Diagnosa medis                 : Katarak
2.      Keluhan utama
Tn. B mengeluh penglihatannya kabur seperti berawanpadahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra
3.      Riwayat Penyakit Sekarang
Diabetes Melitus
4.      Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes Melitus
5.      Pemeriksaan
·         Aktifitas/istirahat
 Gejala    : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
·         Makanan/cairan
Gejala     : muntah/mual (glaukoma akut ).
·         Neurosensori
Gejala     : gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut ). Perubahan kacamata/ pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda    : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ). Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air mata.
·         Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala    : ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).
·         Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala    : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena ), ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin
1.      DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1.      Klien mengatakan  penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra.
2.      Klien mengatakan sudah 2 tahun ini Tn.B mempunyai Diabetes Melitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur
3.      Klien mengatakan Tn.B tidak mengerti kenapa sampai mengalami katarak
4.      Klien mengatakan cemas memikirkan biaya untuk operasinya.
5.      Kemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
6.      Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
7.      Kemungkinan klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata
8.      Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan.
9.      Kemungkinan klien mengatakan takut akan kondisinya.
10.  Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.
11.  Kemungkinan klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya.
12.  Kemungkinan klien mengatakan gelisah
13.  Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidak.
14.  Kemungkinan klien mengatakan pada bagian mata nyeri.
15.  Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan ternhadap nyerinya.
16.  Kemungkinan klien mengatakan badannya panas sehabis operasi beberapa hari kemudian.
1.      Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih
2.      Vital sign :
a)      TD    : 140/90 mmHg
b)      N: 84x/menit
c)      T       :37,4 0c
d)     RR: 24x/menit
3.      Hasil pemeriksaan :  BB : 78 kg dan
4.      GDS terakhir 210
5.      Kemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas.
6.      Kemungkinanterlihat klien terlihat wajah tampak gelisah
7.      Kemungkinan klien terlihat terus bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.
8.      Kemungkinan klien terlihat bingung.
9.      Kemungkinan klien terlihat cemas.
10.  Kemungkinan klien terlihat takut
11.  Kemungkinan klien terlihat tegang.
12.  Kemungkinan klien terlihat memfokuskan pada diri sendiri.
13.  Kemungkinan skla nyeri (6)
14.  Kemungkinan klien terlihat menahan rasa sakit.
15.  Kemungkinan klien terlihat merintih kesakitan ( nyeri )
16.  Kemungkinan klien terlihat pada bagian luka oprasi terdapat kemerahan.
17.  Kemungkinan klien terlihat pada bagian luka mengalami iritasi.
18.  Kemungkinan klien terlihat
2.      ANALISA DATA
DATA
PROBLEM
ETIOLOGI
PRA OPERASI
DS :
·         Klien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra
·         Kemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
·         Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
·         Kemungkinan klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata
·         Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan
DO:
·         Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih
·         Kemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas.
Gangguan peersepsi sensori-perseptual penglihatan
Gangguan penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman penglihatan.
DS
·         Klien mengatakan cemas memikirkan biaya untuk operasinya.
·         Kemungkinan klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya
·         Kemungkinan klien mengatakan gelisah
·         Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya.
DO
·         Kemungkinan klien terlihat wajah tampak gelisah.
·         Kemungkinan klien terlihat tegang.
·         Kemungkinan klien terlihat memfokuskan pada diri sendiri.
·         Kemungkinan klien terlihat cemas.
·         Kemungkinan klien terlihat takut
Ansietas
Perubahan pada status kesehatan
DS :
·         Klien mengatakan Tn.B tidak mengerti kenapa sampai mengalami katarak
·         Kemungkinan klien mengatakan takut akan kondisinya.
·         Kemungkinan klien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.
·         Kemungkinan klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidak
DO:
·         Kemungkinan terlihat klien terlihat wajah tampak gelisah
·         Kemungkinan klien terlihat terus bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.
·         Kemungkinan klien terlihat bingung.
Kurang Pengetahuan
POST OPERASI
DS :
·         Kemungkinan klien mengatakan pada bagian mata nyeri.
·         Kemungkinan klien mengatakan tidak tahan ternhadap nyerinya
DO :
·         Vital sign :
a)      TD    : 140/90 mmHg
b)      N: 84x/menit
c)      T       :37,4 0c
d)     RR: 24x/menit
·         Kemungkinan skla nyeri (6)
·         Kemungkinan klien terlihat menahan rasa sakit.
·         Kemungkinan klien terlihat merintih kesakitan ( nyeri )
Nyeri
Trauma insisi.
DS
·         Klien mengatakan penglihatan kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra
·         Kemungkinan klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
·         Kemungkinan klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
·         Kemungkinan klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan
DO
·         Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih
·         Kemungkinan klien terlihat sulit untuk beraktivitas
Resiko tinggi terhadap cidera
Keterbatasan penglihatan
DS :
·         Kemungkinan klien mengatakan badannya panas sehabis operasi beberapa hari kemudian
DO :
·         Vital sign :
a)      TD    : 140/90 mmHg
b)      N: 84x/menit
c)      T       :37,4 0c
d)     RR: 24x/menit
·         Kemungkinan klien terlihat pada bagian luka oprasi terdapat kemerahan.
·         Kemungkinan klien terlihat pada bagian luka mengalami iritasi.
Risiko infeksi
Prosedur invasif ( operasi katarak )
3.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TANGGAL DITEMUKAN
TANGGAL TERATASI
1.       
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b.d Gangguan penerimaan sensori/status organ indera ditandai dengan menurunnya ketajaman
12Mei 2013
15 Mei 2013
2.       
Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan
12Mei 2013
15 Mei 2013
3.       
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit
12Mei 2013
15 Mei 2013
4.       
Nyeri b.d trauma insisi
15 Mei 2013
18 Mei 2013
5.       
Resiko tinggi terhadap cidera b.d
Keterbatasan penglihatan
12Mei 2013
15 Mei 2013
6.
Risiko infeksi b.d prosedur invansif ( operasi katarak )
15 Mei 2013
18 Mei 2013
4.      INTERVENSI
NO DX
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah presepsi sensori penglihatan teratasi dengan kriteria hasil :
·         Mengenal gangguan sensori danberkompensasiterhadap perubahan.
·         Mengidentifikasi/memperbaiki potensialbahaya dalamlingkungan.
1.          Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan tiap individu danpilihan intervensi bervariasisebab kehilanganpenglihatan terjadi lambatdan progresif
2.          Orientasikan klien tehadaplingkungan.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi
3.          Observasi tanda-tanda disorientasi.
Rasional :Terbangun dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan kebingungan terhadap orang tua.
4.          Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.
Rasional: Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung
5.          Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatanperifer hilang dan butatitik mungkin ada.
Rasional :Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
6.          Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi belpemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi
Rasional :Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan.
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ansietas teratasi dengan kriteria hasil ;
·         Pasien mengungkapkan danmendiskusikan rasacemas/takutnya.
·         Pasien tampak rileks tidak tegangdan melaporkankecemasannyaberkurang sampaipada tingkat dapat diatasi
1.      Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
Rasional:Derajat kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu
2.      Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isipikiran dan perasaan takutnya
Rasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan
3.      Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
Rasional :Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan
4.      Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
Rasional :Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif
5.      Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,petugas, dan peralatan yang akan digunakan
Rasional :Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.
6.      Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.
Rasional : Mengurangi perasaan takutdan cemas
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah kurang pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil :
·         Klien menyatakan pemahaman mengenai kondisi/proses penyakit & pengobatan.
1.    Kaji informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa.
Rasional : meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan perawat.
2.    Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Rasional : Dapat bereaksi silang/campur dengan obat yang diberikan.
3.    Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
Rasional : pengawasan periodik menurunkan risiko komplikasi serius.
4.    Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.
Rasional : aktivitas yang menyebabkan mata lelah/regang, manuver Valsalva, atau meningkatkan TIO dapat mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil :
·         Nyeri berkurang.
·         Klien terlihat lebih rileks
1.      Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala.
Rasional :Nyeri dirasakan dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual.
2.      Pantau TTV
Rasionalisasi : Kecepatan jantung biasanya meningkat karena nyeri
3.      Berikan tindakan kenyamanan
Rasionalisasi : meningkatkan relaksasi.
4.      Beritahu pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih baik untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkan
Rasionalisasi : Danya nyeri menyebabkan tegangan otot yang menggangu sirkulasi memperlambat proses penyembuhan dan memperberat nyeri
KOLABORASI
1.      Berikan obat sesuai indikasi
Rasionalisasi : Untuk mengontrol nyeri adekuat dan menurunkan tegangan.
5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah cedera teratasi dengan kriteria hasil :
·         Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
·         Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
1.      Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata.
Rasional : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama dalam pembatasan yang diperlukan.
2.      Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau stres pada jahitan/jahitan terbuka.
3.      Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.
Rasional : menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO.
4.      Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
Rasional : memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang dapat meningkatkan TIO.
6
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah infeksi teratasi dengan kriteria hasil
·         Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan iritasi.
1.      Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata
Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi
2.      Gunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mata
Rasional : Tekhnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
3.      Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
4.      Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : Digunakan untuk menurunkan inflamasi
                                                                                                            
5.    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tanggal
No.DX
Implementasi dan Hasil
Paraf
18 Mei 2013
1
1.      Mengkaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
2.      Mengorientasikan klien tehadap lingkungan
3.      Mengbservasi tanda-tandadisorientasi.
4.      Mendekatan dari sisi yangtak dioperasi, bicaradengan menyentuh.
5.      Mengingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer hilang dan butatitik mungkin ada.
6.      Meletakkan barang yang dibutuhkan/posisi belpemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
18 Mei 2013
2
1.      Mengkaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
2.      Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan isipikiran dan perasaan takutnya.
3.      Mengobservasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
4.      Memberi penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya
5.      Melakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,petugas, dan peralatan yang akan digunakan
6.      Memberi penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.
18 Mei 2013
3
1.      Menganjurkan pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.
2.      Menginformasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
3.      Menekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
4.      Mengkaji informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa
18 Mei 2013
4
1.      Mendorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala.
2.      Memantau TTV
3.      Memberikan tindakan kenyamanan
4.      Memberitahu pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih baik untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkan
5.      Memberikan obat sesuai indikasi
18 Mei 2013
5
1.      Mendiskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan, balutan mata
2.      Memberi pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan
3.      Membatasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok
4.      Mengambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
18 Mei 2013
6
1.      Mendiskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata
2.      Menggunakan / tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mata
3.      Menekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi
4.      Memberikan obat sesuai indikasi
1.    EVALUASI
Hari / Tanggal
No. DX
Evaluasi
Paraf
18 Mei 2013
1
S          : Klien mengatakan penglihatannya buram.
O         : Klien terlihat bagian matanya masih putih.
A         : Masalah belum teratasi
P          :Intervensi dilanjutkan
ü   Lakukan pembedahan
18 Mei 2013
2
S          : Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi.
O         : Klien terlihat lebih rileks
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan
18 Mei 2013
3
S          : Klien mengatakan sudah mengerti dengan             penyakitnya.
O         : Klien terlihat rileks/tidak bingung.
A         : Masalah teratsi
P          : Intervensi di hentikan
18 Mei 2013
4
S          : klien mengatakan sudah tidak nyeri.
O         : Skala nyeri (0)
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan
18 Mei 2013
5
S          : Klien mengatakan beraktivitas sudah seperti             biasanya.
O         :Hasil pemeriksaan fisik dengan             opthalmoscope bagian kornea sudah tidak             ada selaput      putih.
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan
18 Mei 2013
S          : Klien mengatakan badannya sudah tidak             panas lagi.
O         :Klien terlihat tidak ada tanda             kemerahan atau iritasi
A         : Masalah teratasi
P          : Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
Katarak merupakan suatu jenis penyakit mata yang dicirikan dengan adanya noda putih seperti awan pada lensa mata. Katarak merupakan salah satu penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan permanen. Hal tersebut didukung oleh faktor usia, radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan vitamin serta faktor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap cahaya sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambat laun akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa, kemudian penderita katarak ini akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih, Jakarta : EGC, 1999.
Marelli T.M, Buku Saku Dokumentasi Keperawatan edisi 3, Jakarta : EGC, 2007
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 Vol 2, Jakarta : EGC, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar