Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat
kedua-duanya (Ilyas, 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang
melewati lensa sehingga pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama
sekali. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang dapat
terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok
dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang
prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat
hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).Katarak
merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan
kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang
paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya
terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak.Di
Indonesia sendiri berdasarkan hasil survey kesehatan indera 1993-1996, katarak
juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar 52%.
2.
TUJUAN
Tujuan
umum:
Tujuan
dalam pembuatan makalah ini secara umum adalah untuk membantu mahasiswa dalam
mempelajari tentang diabetes insipidus dan asuhan keperawatan Diabetes
Insipidus.
Tujuan
khusus:
1. Mengetahui
pengertian dari Katarak
2. Menngetahui
penyebab dari Katarak
3. Mengetahui
tanda dan gejala dari Katarak
4. Mengetahui
klasifikasi dari Katarak
5. Mengetahui komplikasi dariKatarak
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Katarak
7. Mengetahui penatalaksanaan medis dari Katarak
8. Mempelajari
asuhan keperawatanKatarak
3.
RUMUSAN
MASALAH
1) Apa
pengertian Katarak?
2) Apa
saja penyebab Katarak?
3) Apa
saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien Katarak?
4) Apa saja komplikasi dari Katarak?
5) Apa saja penatalaksanaan medis dariKatarak?
6) Apa saja pemeriksaan penunjang dari Katarak?
7) Bagaimana
proses perjalanan penyakit Katarak?
8) Dan
bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Katarak?
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN DAN KATARAK
I.
ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN
STRUKTUR
& FUNGSI
Mata
memiliki struktur sebagai berikut:
·
Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar
mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
·
Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam
kelopak mata dan bagian luar sclera
·
Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah,
merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya.
·
Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
·
Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin,
menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
·
Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung
diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke
retina.
·
Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di
bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf
optikus ke otak.
·
Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang
membawa pesan visuil dari retina ke otak.
·
Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir
diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan
sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
·
Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di
belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Cahaya yang
masuk melalui kornea diteruskan ke pupil.Iris mengatur jumlah cahaya
yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa
kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih
banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih
sedikit.Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan
menutup iris.
Lensa terdapat di
belakang iris.Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina.
Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi,
sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada
objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis
dan lebih lemah.Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur,
kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk
memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung
saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah.Bagian retina yang paling sensitif adalah
makula, yang memiliki ratusan ujung saraf.Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan
gambaran visuil yang tajam.Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang
listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf
optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya. Sebagian serat saraf
menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada
tepat di bawah otak bagian depan).Kemudian sebelum sampai ke otak bagian
belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing
terisi oleh cairan:
·
Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa.
·
Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian
belakang sampai ke retina.
Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan
sumber energi bagi struktur matadi dalamnya.Segmen posterior berisi humor
vitreus.Cairan tersebut membantu menjagabentuk bola mata.Segmen anterior
sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
·
Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris.
·
Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa.
Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik
posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari
bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAH
Otot Penggerak Bola Mata
Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan
untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi
otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu:
·
Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi
dalam abduksi, dan memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam
elevasi.
·
Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi
dalam aduksi, dan aksi sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam
depresi.
·
Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa
gerakan depresi pada abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan
ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.
·
Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
·
Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
·
Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi
dalam abduksi dan aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam
elevasi.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap
otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.Tulang orbita yang melindungi mata
juga mengandung berbagai saraf lainnya.
·
Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan
di dalam retina ke otak.
·
Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh
kelenjar air mata.
·
Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata
yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita.
Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan
darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena
oftalmika dan vena retinalis.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.
II.
KATARAK
A.
Definisi
Katarak
adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih
dari 65 tahun. (Marilynn Doengoes, dkk)
Katarak
merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkanpenurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009).
Katarak
menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan
patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau
kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2000).
Definisi
lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini
terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu (Iwan,2009)
B.
Etiologi
1) Ketuaan
(katarak senilis)
Sebagian besar katarak
terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia
rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60tahun keatas.
ü Trauma
Cedera mata dapat
mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda, terpotong, panas yang
tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini disebut
katarak.
2) Penyakit mata lain (Uveitis)
3) Penyakit sistemik (diabetes mellitus)
4) Defek kongenital.
Salah satu kelainan
herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti German measles
atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
(diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa disebabkan oleh:
ü Infeksi
kongenital, seperti campak jerman (german measles)
ü Berhubungan
dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula yang meningkat).
Faktor
resiko terjadinya katarak kongenital adalah:
ü Penyakit
metabolik yang diturunkan.
ü Riwayat
katarak dalam keluarga.
ü Infeksi
virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Penyebab
katarak lainnya meliputi :
ü Faktor
keturunan
ü Cacat
bawaan sejak lahir
ü Masalah
kesehatan, misalnya diabetes
ü Penggunaan
obat tertentu, khususnya steroid
ü Gangguan
metabolisme seperti DM (Diabetes mellitus)
ü Gangguan
pertumbuhan
ü Mata
tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
ü Rokok
dan alcohol
ü Operasi
mata sebelumnya
C. Klasifikasi
1)
Katarak
perkembangan (developmental) dan degenerative.
2)
Katarak trauma
Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.Trauma bisa dalam
bentuk tumpul atau tajam.Jika lensa robek cairan mata dapat masuk kedalam lensa
sehingga dapat mengakibatkan bengkak disertai kekeruhan serabut-serabut lensa.
3)
Katarak
komplikata (sekunder)
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM dapat mengakibatkan
timbulnya kekeruhan pada lensa yng akan menimbulkan katarak komplikata.
4)
Berdasarkan
usia pasien, katarak dapat dibagi dalam :
·
Katarak
kongenital : katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun).
·
Katarak
Juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan dibawah usia 40 tahun.
·
Katarak
presenil : yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
·
Katarak
senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak ini
merupakaan proses degeneratif (kemunduran) yang paling sering ditemukan.Adapun
tahan katarak senilis adalah :
a)
Katarak
insipien : Pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa
berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium
ini seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya
sehingga cenderung diabaikan.
b)
Katarak
immatur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.
c)
Katarak matur
: Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan bertambah
sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan
oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan
menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, selain keluhan
tersebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak, seperti :
·
Penglihatan
berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.
·
Warna terlihat
pudar.
·
Sulit melihat
pada malam hari.
·
Penglihata
ganda saat melihat satu benda dengan satu mata. Gejala ini terjadi saat katarak
bertambah luas.
Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang
lainnya.
D. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan
katarak antara lain:
·
Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman
penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh
kehilangan penglihatan tadi.
·
Menyilaukan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala
objektif biasanya meliputi:
·
Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi
opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau
redup.
·
Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
·
Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan
tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak
meliputi:
·
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut
menghalangi objek.
·
Gangguan penglihatan bisa berupa:
a)
Peka terhadap sinar atau cahaya.
b)
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c)
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat
membaca.
d)
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
·
Kesulitan melihat pada malam hari
·
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya
terasa menyilaukan mata
·
Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang
hari )
E. Patofisiologi
Metabolisme
Lensa Normal. Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan
kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian
posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi
dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam
oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt
(5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan
ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose
reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase. Lensa
mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya
usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi
sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di
korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada
beberapa bagian lensa. Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama
menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan
nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
F.
Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang
dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik
·
Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka
substansi lensa akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli
anterior terutama bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa
maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau
makrofag yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan
akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
·
Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa Oleh karena proses
intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi
sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi
berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul
glaukoma.
·
Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat
toksik bagimata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga
timbul uveitis, yangkemudian akan menjadi glaukoma
G.
Pemeriksaan
Penunjang
·
Kartu mata snellen /mesin telebinokuler
: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor,
kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
·
Lapang Penglihatan : penuruan mungkin
karena massa tumor, karotis, glukoma.
·
Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25
mmHg)
·
Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut
terbuka dari sudut tertutup glukoma.
·
Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe
gllukoma
·
Oftalmoskopi : mengkaji struktur
internal okuler, atrofi lempeng optik, papilledema, perdarahan.
·
USG
: untuk memerika segmen posterior, untuk memeriksa lensa dengan kekeruhan sudah
merata dan dapat memperkirakan sumbu bola mata.
·
Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi
sistemik / infeksi.
·
EKG, kolesterol serum, lipid
·
Tes toleransi glukosa : kotrol DM
H.
Penatalaksaan Medis& Keperawatan
Gejala-gejala yang timbul pada
katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan
operasi. Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki
lensa mata, tetapi tidaksemua kasus
katarak memerlukan tindakan operasi.Operasi katarak perlu dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan
penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea
(disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:
·
Iris : cincin berwarna yang melingkari
pupil yang berwarna hitam
·
Badan silier : otot-otot yang membuat
lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa
menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokuspada objek jauh
·
Koroid : lapisan mata bagian dalam yang
membentang dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata.
Sebagian
atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan.Peradangan yang terbatas pada iris
disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi
katarak akan dilakukan bila berbarengandengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa
dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi
medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: IlmuPenyakit Mata, ed. 3)
Indikasi
dilakukannya operasi katarak :
·
Indikasi sosial: jika pasien mengeluh
adanya gangguanpenglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
·
Indikasi medis: bila ada komplikasi
seperti glaucoma
·
Indikasi optik: jika dari hasil
pemeriksaan visus denganhitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis
operasi yang dapat dilakukan,yaitu:
1) ICCE
( Intra Capsular Cataract Extraction) yaitu dengan mengangkat semua lensa
termasukkapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknikoperasi yg
tersedia.
2) ECCE
(Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiridari 2 macam yakni
·
Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan
denganmengeluarkan lensa secara manual setelah membukakapsul lensa. Tentu saja
dibutuhkan sayatan yanglebar sehingga penyembuhan lebih lama.
·
Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification).
Bentuk ECCEyang terbaru dimana menggunakan getaranultrasonic untuk
menghancurkan nucleus sehinggamaterial nucleus dan kortek dapat diaspirasi
melaluiinsisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengancukup dengan bius
lokal atau menggunakan tetes mataanti nyeri pada kornea (selaput bening mata),
danbahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangatminimal, sekitar 2,7
mm. Lensa mata yang keruhdihancurkan
(Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum)dan diganti dengan lensa buatan yang
telah diukurkekuatan lensanya dan ditanam secara permanen.Teknik bedah katarak
dengan sayatan kecil ini hanyamemerlukan waktu 10 menit disertai waktu
pemulihanyang lebih cepat.
Pascaoperasi
pasien diberikan tetes mata steroid danantibiotik jangka pendek.Kacamata baru
dapatdiresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekasinsisi telah
sembuh.Rehabilitasi visual dan peresepankacamata baru dapat dilakukan lebih
cepat denganmetode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapatberakomodasi maka
pasien akan membutuhkankacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski
tidakdibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat inidigunakan lensa intraokular
multifokal.Lensaintraokular yang dapat berakomodasi sedang dalamtahap
pengembangan.Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina,saraf mata atau
masalah mata lainnya, tingkatkeberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi,
yaitumencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat
jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang padamata
orang yang pernah menjalani operasi katarakdapat menjadi keruh.Untuk itu perlu
terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat
kembali menjadi jelas.
I. Pencegahan
Untuk sementara ini
pengobatan penyakit katarak hanya bisa dilakukan dengna cara pembedahan. Oleh
karena itu pencegahan katarak menjadi hal yang wajib dijalani.Sebagai upaya
pencegahan penyakit katarak bisa dilakukan beberapa tindakan agar tetap bisa
menikmati penglihatan yang sehat.Pencegahan katarak yang paling mutlak adalah
dengan mencegah penyakit yang bisa menjadi pemicu timbulnya katarak dan
menghindari faktor – faktor yang menjadi pendukung timbulnya katarak.Pencegahan
katarak bisa dilakukan dengan :
·
Menjaga
kadar gula agar tidak terserang penyakit diabetes. Juga penyakit lainnya yang
bisa memicu timbulnya katarak.
·
Selain itu sering mengejapkan mata,
apalagi jika ada air matanya bisa membantu membersihkan mata anda.
Penggunaan obat tetes mata yang baik juga bisa dipakai untuk membersihkan mata
·
Upaya pencegahan katarak juga bisa
dilakukan dengan memulai gaya hidup sehat dengan pola makan yang seimbang dan
menghindari rokok.
·
Makanlah makanan yang kaya akan mineral
dan vitamin yang berguna untuk kesehatan mata. Seperti vitamin C, zing,
selenium dan zat biovlabonoit.
·
Hindari
perolehan zat – zat tersebut dari suplemen makanan. Sebaiknya zat – zat
tersebut diperolah dari diet sehat dengan mengomsumsi sayuran serta buah –
buahan.
·
Jagalah kesehatan mata dengan tidak
membiarkan mata terkena paparan sinar ultra violet. Kenakanlah kaca mata hitam
jika akan melakukan kegiatan outdoor dalam waktu yang lama.
·
Sebagai pencegahan katarak bisa juga
dilakukan dengan menjaga mata dari trauma atau cedera pada mata yang dapat
berakibat fatal pada penglihatan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn.B (45
tahun) dirawat saat ini dengan keluhan penglihatan kabur seperti berawan,
padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita
dextra dan sinistra.Dari hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian
kornea ada selaput putih.Sudah 2 tahun ini Tn.B dinyatakan penderita Diabetes
Melitus, dan menjalankan pengobatan secara teratur.Oleh dokter spesialis mata
Tn.B dinyatakan katarak. Tn.B dipersiapkan untuk dilakukan operasi katarak 2
hari lagi jika kadar gula darahnya sudah normal. TTV saat ini TD: 140/90 mmHg,
Nadi 84x/menit, T: 37,4OC,
RR: 24x/menit. BB 78kg TB 160 cm. GDS terakhir
210 Tn.B tidak mengerti kenapa sampai mengalami katarak dan cemas memikirkan
biaya untuk operasinya.
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn. B
Nomor
register : 820092
Jenis
kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Suku
bangsa : Jawa
Alamat : Jl.Merpati No.
65 RT 5/10 Jakarta Selatan 12345
Diagnosa
medis :
Katarak
2.
Keluhan utama
Tn. B mengeluh penglihatannya kabur seperti berawanpadahal
Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada orbita dextra dan
sinistra
3.
Riwayat Penyakit
Sekarang
Diabetes Melitus
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Diabetes Melitus
5. Pemeriksaan
·
Aktifitas/istirahat
Gejala : perubahan aktivitas
biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
·
Makanan/cairan
Gejala
: muntah/mual (glaukoma akut ).
·
Neurosensori
Gejala
: gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan
berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotopobia (glaukoma akut ). Perubahan kacamata/ pengobatan
tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda
: tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ). Pupil menyempit dan
merah/mata keras dengan kornea berawan ( glaukoma darurat ). Peningkatan air
mata.
·
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
: ketidaknyamanan ringan/ mata berair (glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata,sakit kepala (glaukoma akut).
·
Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala
: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres,
alergi, gangguan vasomotor,(contoh peningkatan tekanan vena ),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma). Terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitas fenotiazin
1. DATA FOKUS
|
DATA
SUBJEKTIF
|
DATA OBJEKTIF
|
|
1. Klien
mengatakan penglihatan kabur seperti
berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan minus 2.5 pada
orbita dextra dan sinistra.
2. Klien
mengatakan sudah 2 tahun ini Tn.B mempunyai Diabetes Melitus, dan menjalankan
pengobatan secara teratur
3. Klien mengatakan Tn.B tidak mengerti kenapa sampai
mengalami katarak
4. Klien mengatakan cemas memikirkan biaya untuk operasinya.
5. Kemungkinan
klien mengatakan kesulitan untuk beraktivitas
6. Kemungkinan
klien mengatakan penglihatannya tidak jelas
7. Kemungkinan
klien mengatakan jika terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata
8. Kemungkinan
klien mengatakan jika melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan.
9. Kemungkinan
klien mengatakan takut akan kondisinya.
10. Kemungkinan
klien mengatakan tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.
11. Kemungkinan
klien mengatakan cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya.
12. Kemungkinan
klien mengatakan gelisah
13. Kemungkinan
klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidak.
14. Kemungkinan
klien mengatakan pada bagian mata nyeri.
15. Kemungkinan
klien mengatakan tidak tahan ternhadap nyerinya.
16. Kemungkinan
klien mengatakan badannya panas sehabis operasi beberapa hari kemudian.
|
1. Hasil
pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian kornea ada selaput putih
2. Vital sign :
a) TD : 140/90 mmHg
b) N: 84x/menit
c)
T :37,4
0c
d)
RR: 24x/menit
3.
Hasil pemeriksaan : BB : 78 kg dan
4.
GDS terakhir 210
5.
Kemungkinan
klien terlihat sulit untuk beraktivitas.
6.
Kemungkinanterlihat klien terlihat wajah tampak gelisah
7.
Kemungkinan klien terlihat terus bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.
8.
Kemungkinan klien terlihat bingung.
9.
Kemungkinan klien terlihat cemas.
10. Kemungkinan
klien terlihat takut
11. Kemungkinan
klien terlihat tegang.
12. Kemungkinan
klien terlihat memfokuskan pada diri sendiri.
13. Kemungkinan
skla nyeri (6)
14. Kemungkinan
klien terlihat menahan rasa sakit.
15. Kemungkinan
klien terlihat merintih kesakitan ( nyeri )
16. Kemungkinan
klien terlihat pada bagian luka oprasi terdapat kemerahan.
17. Kemungkinan
klien terlihat pada bagian luka mengalami iritasi.
18. Kemungkinan
klien terlihat
|
2. ANALISA DATA
|
DATA
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
|
PRA OPERASI
|
||
|
DS
:
·
Klien mengatakan penglihatan
kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan
minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra
·
Kemungkinan klien mengatakan
kesulitan untuk beraktivitas
·
Kemungkinan klien mengatakan
penglihatannya tidak jelas
·
Kemungkinan klien mengatakan jika
terkena sinar/paparan matahari menyilaukan mata
·
Kemungkinan klien mengatakan jika
melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan
DO:
·
Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian
kornea ada selaput putih
·
Kemungkinan
klien terlihat sulit untuk beraktivitas.
|
Gangguan
peersepsi sensori-perseptual penglihatan
|
Gangguan penerimaan
sensori/status organ indera ditandai
dengan menurunnya ketajaman penglihatan.
|
|
DS
·
Klien mengatakan
cemas memikirkan biaya untuk operasinya.
·
Kemungkinan klien mengatakan
cemas takut tidak berhasil menjalankan operasinya
·
Kemungkinan klien mengatakan
gelisah
·
Kemungkinan klien mengatakan
cemas terhadap penyakit yang dideritanya.
DO
·
Kemungkinan klien terlihat wajah tampak gelisah.
·
Kemungkinan klien terlihat
tegang.
·
Kemungkinan klien terlihat
memfokuskan pada diri sendiri.
·
Kemungkinan klien terlihat cemas.
·
Kemungkinan klien terlihat takut
|
Ansietas
|
Perubahan pada
status kesehatan
|
|
DS
:
·
Klien mengatakan Tn.B tidak
mengerti kenapa sampai mengalami katarak
·
Kemungkinan klien mengatakan
takut akan kondisinya.
·
Kemungkinan klien mengatakan
tidak tahu sama sekali tentang penyakitnya.
·
Kemungkinan klien mengatakan
cemas terhadap penyakit yang dideritanya apakah sembuh/tidak
DO:
·
Kemungkinan terlihat klien
terlihat wajah tampak gelisah
·
Kemungkinan klien terlihat terus
bertanya-tanya dengan pertanyaan yang sama.
·
Kemungkinan klien terlihat
bingung.
|
Kurang Pengetahuan
|
|
|
POST
OPERASI
|
||
|
DS
:
·
Kemungkinan klien mengatakan pada
bagian mata nyeri.
·
Kemungkinan klien mengatakan
tidak tahan ternhadap nyerinya
DO
:
·
Vital sign :
a)
TD : 140/90 mmHg
b)
N: 84x/menit
c)
T :37,4
0c
d)
RR: 24x/menit
·
Kemungkinan skla nyeri (6)
·
Kemungkinan klien terlihat
menahan rasa sakit.
·
Kemungkinan klien terlihat
merintih kesakitan ( nyeri )
|
Nyeri
|
Trauma insisi.
|
|
DS
·
Klien mengatakan penglihatan
kabur seperti berawan, padahal Tn.B sudah menggunakan kaca mata plus 1 dan
minus 2.5 pada orbita dextra dan sinistra
·
Kemungkinan klien mengatakan
kesulitan untuk beraktivitas
·
Kemungkinan klien mengatakan
penglihatannya tidak jelas
·
Kemungkinan klien mengatakan jika
melihat sesuatu berbayang-bayang/menjadi dua bayangan
DO
·
Hasil pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope bagian
kornea ada selaput putih
·
Kemungkinan
klien terlihat sulit untuk beraktivitas
|
Resiko
tinggi terhadap cidera
|
Keterbatasan
penglihatan
|
|
DS
:
·
Kemungkinan klien mengatakan
badannya panas sehabis operasi beberapa hari kemudian
DO
:
·
Vital sign :
a) TD : 140/90 mmHg
b) N: 84x/menit
c) T :37,4
0c
d) RR: 24x/menit
·
Kemungkinan klien terlihat pada
bagian luka oprasi terdapat kemerahan.
·
Kemungkinan klien terlihat pada
bagian luka mengalami iritasi.
|
Risiko infeksi
|
Prosedur invasif ( operasi katarak )
|
3.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
NO
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TANGGAL
DITEMUKAN
|
TANGGAL TERATASI
|
|
1.
|
Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
b.d Gangguan
penerimaan sensori/status organ indera ditandai
dengan menurunnya ketajaman
|
12Mei
2013
|
15
Mei 2013
|
|
2.
|
Ansietas b.d Perubahan pada status kesehatan
|
12Mei
2013
|
15
Mei 2013
|
|
3.
|
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang penyakit
|
12Mei
2013
|
15
Mei 2013
|
|
4.
|
Nyeri b.d trauma insisi
|
15
Mei 2013
|
18
Mei 2013
|
|
5.
|
Resiko tinggi terhadap cidera b.d
Keterbatasan
penglihatan
|
12Mei
2013
|
15
Mei 2013
|
|
6.
|
Risiko infeksi b.d prosedur invansif ( operasi katarak )
|
15
Mei 2013
|
18
Mei 2013
|
4. INTERVENSI
|
NO
DX
|
TUJUAN
DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan masalah presepsi sensori penglihatan teratasi
dengan kriteria hasil :
·
Mengenal gangguan sensori
danberkompensasiterhadap perubahan.
·
Mengidentifikasi/memperbaiki
potensialbahaya dalamlingkungan.
|
1.
Kaji ketajaman penglihatan, catat
apakah satu atau dua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan
tiap individu danpilihan intervensi bervariasisebab kehilanganpenglihatan
terjadi lambatdan progresif
2.
Orientasikan klien
tehadaplingkungan.
Rasional : Memberikan
peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pasca
operasi
3.
Observasi tanda-tanda disorientasi.
Rasional :Terbangun
dalam lingkungan yang tidak dikenal dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat
mengakibatkan kebingungan terhadap orang tua.
4.
Pendekatan dari sisi yang tak
dioperasi, bicara dengan menyentuh.
Rasional: Memberikan
rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan bingung
5.
Ingatkan klien menggunakan kacamata
katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatanperifer
hilang dan butatitik mungkin ada.
Rasional :Perubahan
ketajaman dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung penglihatan dan meningkatkan
resiko cedera sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.
6.
Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi
belpemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi
Rasional :Memungkinkan
pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan
bila diperlukan.
|
|
2.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan masalah ansietas teratasi dengan kriteria hasil ;
·
Pasien mengungkapkan
danmendiskusikan rasacemas/takutnya.
·
Pasien tampak rileks tidak
tegangdan melaporkankecemasannyaberkurang sampaipada tingkat dapat diatasi
|
1.
Kaji tingkat kecemasan pasien dan
catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
Rasional:Derajat
kecemasan akan dipengaruhi bagaimana informasi tersebut diterima oleh
individu
2.
Beri kesempatan pasien untuk
mengungkapkan isipikiran dan perasaan takutnya
Rasional : Mengungkapkan
rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan
3.
Observasi tanda vital dan peningkatan
respon fisik pasien.
Rasional
:Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan
4.
Beri penjelasan pasien tentang
prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
Rasional
:Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan
kooperatif
5.
Lakukan orientasi dan perkenalan
pasien terhadap ruangan,petugas, dan peralatan yang akan digunakan
Rasional :Mengurangi
kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.
6.
Beri penjelasan dan suport pada
pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.
Rasional : Mengurangi
perasaan takutdan cemas
|
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan masalah kurang pengetahuan teratasi dengan
kriteria hasil :
·
Klien menyatakan pemahaman
mengenai kondisi/proses penyakit & pengobatan.
|
1.
Kaji informasi tentang kondisi individu, prgnosis,
tipe prosedur/lensa.
Rasional : meningkatkan
pemahaman dan meningkatkan kerja sama dengan perawat.
2.
Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata
yang dijual bebas.
Rasional : Dapat bereaksi
silang/campur dengan obat yang diberikan.
3.
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri
tahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
Rasional : pengawasan periodik
menurunkan risiko komplikasi serius.
4.
Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip;
mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, meniup
hidung.
Rasional : aktivitas yang
menyebabkan mata lelah/regang, manuver Valsalva, atau meningkatkan TIO dapat
mempengaruhi hasil bedah dan mencetuskan perdarahan.
|
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan masalah nyeri teratasi dengan kriteria hasil :
·
Nyeri berkurang.
·
Klien terlihat lebih rileks
|
1.
Dorong pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan
intensitas nyeri, rentang skala.
Rasional :Nyeri dirasakan
dimanifestasikan dan ditoleransi secara individual.
2.
Pantau TTV
Rasionalisasi : Kecepatan
jantung biasanya meningkat karena nyeri
3.
Berikan tindakan kenyamanan
Rasionalisasi : meningkatkan
relaksasi.
4.
Beritahu pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih
baik untuk meminta analgesik segera setelah ketidaknyamanan menjadi
dilaporkan
Rasionalisasi : Danya nyeri
menyebabkan tegangan otot yang menggangu sirkulasi memperlambat proses
penyembuhan dan memperberat nyeri
KOLABORASI
1.
Berikan obat sesuai indikasi
Rasionalisasi : Untuk mengontrol
nyeri adekuat dan menurunkan tegangan.
|
|
5
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan masalah cedera teratasi dengan kriteria hasil :
·
Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera.
·
Mengubah lingkungan sesuai
indikasi untuk meningkatkan keamanan.
|
1.
Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan
aktivitas, penampilan, balutan mata.
Rasional : Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama
dalam pembatasan yang diperlukan.
2.
Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak
sakit sesuai keinginan.
Rasional : istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah
rawat jalan atau menginap semalam bila terjadi komplikasi. Menurunkan tekanan
pada mata yang sakit, meminimalkan risiko perdarahan atau stres pada
jahitan/jahitan terbuka.
3.
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membongkok.
Rasional : menurunkan stres pada area operasi/menurunkan TIO.
4.
Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari
anastesi.
Rasional : memerlukan sedikit regangan daripada penggunaan pispot, yang
dapat meningkatkan TIO.
|
|
6
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan masalah infeksi teratasi dengan kriteria hasil
·
Tidak ada tanda-tanda infeksi
seperti kemerahan dan iritasi.
|
1. Diskusikan
pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata
Rasional : Menurunkan
jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi
2. Gunakan
/ tunjukkan tekhnik yang tepat untuk membersihkan bola mata
Rasional : Tekhnik
aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
3. Tekankan
pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi
Rasional : Mencegah
kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
4. Berikan
obat sesuai indikasi
Rasional : Digunakan
untuk menurunkan inflamasi
|
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
|
Hari/ Tanggal
|
No.DX
|
Implementasi dan Hasil
|
Paraf
|
|
18
Mei 2013
|
1
|
1.
Mengkaji ketajaman penglihatan,
catat apakah satu atau dua mata terlibat.
2.
Mengorientasikan klien tehadap
lingkungan
3.
Mengbservasi
tanda-tandadisorientasi.
4.
Mendekatan dari sisi yangtak
dioperasi, bicaradengan menyentuh.
5.
Mengingatkan klien menggunakan
kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan perifer
hilang dan butatitik mungkin ada.
6.
Meletakkan barang yang dibutuhkan/posisi
belpemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi.
|
|
|
18
Mei 2013
|
2
|
1.
Mengkaji tingkat kecemasan pasien
dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
2.
Memberi kesempatan pasien untuk
mengungkapkan isipikiran dan perasaan takutnya.
3.
Mengobservasi tanda vital dan
peningkatan respon fisik pasien.
4.
Memberi penjelasan pasien tentang
prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya
5.
Melakukan orientasi dan
perkenalan pasien terhadap ruangan,petugas, dan peralatan yang akan digunakan
6.
Memberi penjelasan dan suport
pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.
|
|
|
18
Mei 2013
|
3
|
1. Menganjurkan
pasien menghindari membaca, berkedip; mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul, meniup hidung.
2. Menginformasikan
pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
3. Menekankan
pentingnya evaluasi perawatan rutin. Beri tahu untuk melaporkan penglihatan
berawan.
4. Mengkaji
informasi tentang kondisi individu, prgnosis, tipe prosedur/lensa
|
|
|
18
Mei 2013
|
4
|
1. Mendorong
pasien untuk melaporkan tipe, lokasi dan intensitas nyeri, rentang skala.
2. Memantau
TTV
3. Memberikan
tindakan kenyamanan
4. Memberitahu
pasien bahwa wajar saja , meskipun lebih baik untuk meminta analgesik segera
setelah ketidaknyamanan menjadi dilaporkan
5. Memberikan
obat sesuai indikasi
|
|
|
18
Mei 2013
|
5
|
1. Mendiskusikan
apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata
2. Memberi
pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan
3. Membatasi
aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok
4. Mengambulasi
dengan bantuan; berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anastesi.
|
|
|
18
Mei 2013
|
6
|
1.
Mendiskusikan pentingnya mencuci
tangan sebelum menyentuh / mengobati mata
2.
Menggunakan / tunjukkan tekhnik
yang tepat untuk membersihkan bola mata
3.
Menekankan pentingnya tidak
menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi
4.
Memberikan obat sesuai indikasi
|
|
1. EVALUASI
|
Hari
/ Tanggal
|
No.
DX
|
Evaluasi
|
Paraf
|
|
18 Mei 2013
|
1
|
S :
Klien mengatakan
penglihatannya buram.
O :
Klien
terlihat bagian matanya masih putih.
A :
Masalah
belum teratasi
P :Intervensi
dilanjutkan
ü Lakukan
pembedahan
|
|
|
18 Mei 2013
|
2
|
S :
Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi.
O :
Klien
terlihat lebih rileks
A :
Masalah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan
|
|
|
18 Mei 2013
|
3
|
S : Klien
mengatakan sudah mengerti dengan penyakitnya.
O : Klien
terlihat rileks/tidak bingung.
A : Masalah
teratsi
P : Intervensi
di hentikan
|
|
|
18 Mei 2013
|
4
|
S :
klien
mengatakan sudah tidak nyeri.
O :
Skala
nyeri (0)
A :
Masalah
teratasi
P :
Intervensi
dihentikan
|
|
|
18 Mei 2013
|
5
|
S :
Klien mengatakan
beraktivitas sudah seperti biasanya.
O :Hasil
pemeriksaan fisik dengan opthalmoscope
bagian kornea sudah tidak ada
selaput putih.
A :
Masalah
teratasi
P :
Intervensi
dihentikan
|
|
|
18 Mei 2013
|
|
S :
Klien
mengatakan badannya sudah tidak panas
lagi.
O :Klien
terlihat tidak ada tanda kemerahan
atau iritasi
A :
Masalah
teratasi
P :
Intervensi
dihentikan
|
|
BAB III
PENUTUP
Katarak merupakan suatu jenis penyakit mata yang
dicirikan dengan adanya noda putih seperti awan pada lensa mata. Katarak
merupakan salah satu penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan permanen.
Hal tersebut didukung oleh faktor usia, radiasi dari sinar ultraviolet,
kurangnya gizi dan vitamin serta faktor tingkat kesehatan dan penyakit yang
diderita. Penderita katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti
penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap cahaya sehingga cahaya
yang dilihat hanya berbentuk lingkaran semu, lambat laun akan terlihat seperti
noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa, kemudian penderita katarak
ini akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan
bayangan yang kabur pada retina.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,
Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih, Jakarta : EGC, 1999.
Marelli
T.M, Buku Saku Dokumentasi Keperawatan edisi 3, Jakarta : EGC, 2007
Smeltzer,
Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8 Vol 2, Jakarta : EGC, 2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar